Being A Tentor-wanna-be
Tentor. Setelah mendengar kata tersebut, hal pertama yang melintas
di benak saya adalah sosok yang mirip seperti guru, setidaknya ditinjau dari
tugas utamanya. Mengajar, namun tidak di bawah naungan instansi sekolah. Belakangan
saya makin yakin bahwa menjadi tentor pun tidak melulu soal mengajar, namun juga
mendidik, memandu dan membimbing. Saya ingat betul, menjadi guru (termasuk
tentor) tidak masuk ke dalam list cita-cita saya bahkan sejak saya TK –usia
balita. Dalam pandangan saya saat usia saya belum genap 10 tahun, guru
merupakan profesi yang ‘ribet’. Kok ribet? Mereka ikhlas untuk lelah, bersusah
payah agar muridnya dapat menyerap ilmu yang ditularkannya, plus harus punya
stok sabar yang ekstra banyak, dan itu semua dilakukan untuk anak orang lain.
Seiring bertambahnya usia, pandangan kekanakan semacam itu memudar
dan semakin memudar. Lingkungan sangat membelajarkan saya. Puncaknya ketika masuk
di UNY, kampus pendidikan, kampus yang mencetak guru-guru hebat, meski prodi
yang saya ambil merupakan prodi non-kependidikan, membuat saya memutar haluan
mengenai pandangan saya akan sosok guru. Menyebarkan ilmu, membagi ilmu,
mengajar, ternyata bukan hanya tugas seorang guru saja. Tiap dari kita pun
berkewajiban untuk menyebarkan ilmu sekecil apapun itu, kepada siapapun –yang
bermanfaat tentunya. Tanpa harus berprofesi menjadi guru ataupun tentor, tiap
dari kita memang sudah mempunyai tugas seperti itu. Menjadi pengajar/pendidik
itu... keren!
Dan kini, meski belum masuk list cita-cita saya, menjadi guru
(dalam hal ini berarti tentor) merupakan suatu tantangan baru untuk saya. Benar-benar
hal baru. Ibaratnya, masih meraba-raba. Bahkan saya tidak akan mendapat kelas
semacam ini di perkuliahan. Belajar untuk menjadi seorang tentor sangat
membelajarkan saya. Bahwa tantangan terbesar terkadang muncul dari dalam diri
sendiri. Bahwa untuk menjadi tentor sangat perlu persiapan yang matang. Bahwa
seorang tentor tidak melulu soal memberi materi. Bahwa seorang tentor pun harus
mendidik, memandu serta membimbing. Dan yang paling utama, dengan sepenuh hati.
Karena yang dengan hati akan sampai pada hati juga.
Diklat Calon Tentor, UKM Penelitian UNY
No comments: